Gender equality in general means a condition where all humans (both men and women) are free to developed their personal abilities and makes choices without being limited by a tradition or a rigid gender role. As an effort to address the problem of the balance of roles between men and women in the context of the international community, the emergence of the idea of feminism serves as a critique of mainstream traditional thinking. Feminist thinking is purely promoting the equality of roles and rights in placing oneself as the most important human need.
This equality includes in several general aspects, namely education, politics, economics, culture, ideology and environment.
Feminism thinking in International Relations states that there is discrimination over the existence of women in several general aspects caused by several factors or causes that branch out feminism into several approaches. The Liberal approach, which considers system indifference to the existence of women, is a trigger for discrimination against them. The Marxist approach assumes that women’s discrimination is the impact of a capitalist world economic system, where women are used as the object of capital extraction for the upper middle class.
While the Radical approach characterizes the patriarchal model as an explanation of women’s discrimination, namely the superiority of men who are considered capable of full control of women by controlling their bodies. Then the post-structuralist approach is more critical by questioning the meaning of women which can be categorized in feminist thinking. Although different, these approaches aim to make us aware, including the regime and the international community that inequality has occurred which in this context occurs in women.
According to a survey of a number of experts on women’s issues, India is the most dangerous country in the world for women. Cases of violence against women in India, especially rape are widely reported in international media. Gulabi Gang or Geng Gulabi was born due to the rise of violence against women including domestic violence. The women’s movement association first appeared in Bundelkhand, Uttar Pradesh, North India, this group spread and was increasingly progressive.
Kesetaraan gender atau equality secara umum berarti suatu kondisi dimana semua manusia (baik laki-laki maupun perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh sebuah tradisi ataupun peran gender yang kaku. Sebagai salah satu upaya menengahkan masalah keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan dalam konteks masyarakat internasional, munculnya pemikiran feminisme yang berfungsi sebagai kritik terhadap pemikiran-pemikiran mainstream yang bersifat tradisional. Pemikiran feminisme adalah murni mengedepankan aspek kesamarataan peran dan hak dalam menempatkan diri sebagai kebutuhan manusia yang paling utama. Kesamarataan tersebut mencangkup dalam beberapa aspek umum yaitu pendidikan, politik, ekonomi, budaya, ideologi dan lingkungan.
Pemikiran feminisme dalam Hubungan Internasional menyatakan bahwa terjadi diskriminasi atas keberadaan perempuan dalam beberapa aspek umum yang disebabkan oleh beberapa faktor atau sebab yang mencabangkan pemikiran feminisme ke dalam beberapa pendekatan. Pendekatan Liberal yaitu menganggap ketidakacuhan sistem terhadap eksistensi perempuan merupakan faktor pemicu diskriminasi terhadapnya. Pendekatan Marxis beranggapan bahwa diskriminasi perempuan merupakan dampak dari sistem ekonomi dunia yang kapitalis, dimana perempuan dijadikan sebagai objek pengerukan modal bagi kaum menengah keatas. Sedangkan pendektan Radikal mencirikan model patriaki sebagai penjelasan akan diskriminasi perempuan, yakni keunggulan laki-laki yang dianggap mampu mengontrol penuh perempuan dengan cara menguasai tubuhnya. Kemudian pendekatan post-strukturalis bersifat lebih kritis dengan mempertanyakan kembali arti perempuan yang dapat dikategorikan dalam pemikiran feminis. Meskipun berbeda, pendekatan-pendekatan tersebut bertujuan menyadarkan kita, diantaranya termasuk rezim dan masyarakat internasional bahwa ketidaksamarataan telah terjadi yang di dalam konteksnya ini terjadi pada kaum perempuan.
Menurut survei sejumlah pakar tentang isu-isu perempuan, India adalah negara paling berbahaya di dunia bagi perempuan. Kasus kekerasan terhadap perempuan di India, terutama pemerkosaan marak diberitakan di media massa internasional. Gulabi Gang atau Geng Gulabi lahir akibat maraknya kekerasan terhadap perempuan termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Asosiasi gerakan perempuan ini pertama kali muncul di Bundelkhand, Uttar Pradesh, India Utara, kelompok ini menyebar dan semakin progresif.
India adalah salah satu negara dengan tingkat populasi terbesar kedua setelah negri Tiongkok (China). Menurut data dalam CIA World Factbook pada tahun 2017, India memiliki jumlah penduduk sekitar 1.281.935.911 jiwa atau mencapai angka 17,3% dari jumlah keseluruhan penduduk di dunia. Selain itu, India juga memiliki kemajuan dalam bidang pertahanan militer yakni adanya persenjataan nuklir yang dilatar belakangi atas kekalahannya dalam perang Sino-India. Hingga pada tahun 1974 India meledakkan moloton nuklir pertamanya dengan demonstrasi nuklir “damai”. Akan tetapi, meskipun perkembangan persenjataan di India sudah dapat dianggap sebagai kemajuan yang signifikan, perkembangan sosio-kultural di India masih tergolong lambat. Dikarenakan banyaknya masyarakat India yang masih memegang teguh prinsip primordialismenya.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan aksi seorang fotografer yang merasa bingung dengan salah satu ketetapan budaya di India. “Saya bingung karena di negara saya, sapi dianggap lebih penting dari perempuan, dan diperlukan waktu jauh lebih panjang bagi seorang perempuan yang diperkosa atau diserang untuk mendapatkan keadilan dibandingkan seekor sapi yang dianggap banyak pemeluk Hindu, sebagai binatang suci.” India banyak disorot di dalam pemberitaan terkait dengan kasus pemerkosaan dan menurut data statistik pemerintah pemerkosaan dilaporkan terjadi setiap 15 menit. ” Kasus-kasus ini bisa berlarut selama bertahun-tahun di pengadilan sebelum terdakwa dihukum, sementara saat seekor sapi disembelih, group ekstremis Hindu segera bertindak dan membunuh atau memukul siapa saja yang dicurigai sebagai pembunuh.” Kata Sujarto Gosh, fotografer yang tinggal di Delhi.
Dalam menanggapi ungkapan tersebut dapat dijelaskan bahwa keadaan masyarakat di India masih jauh dalam standar masyarakat ideal yang seharusnya. Kurangnya tingkat pendidikan serta tingginya tingkat kemiskinan di negara India juga menjadikan salah satu faktor terjadinya kesenjangan sosial sehingga terdapat beberapa isu yang bermunculan mulai dari ketidaksetaraan gender terhadap kaum wanita hingga kurangnya penegakkan keadilan hukum oleh petugas yang berwenang.
Mayoritas penduduk India adalah umat beragama hindu yang berarti masih menetapkan sistem kasta dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam kehidupan masyarakatnya, hampir sebagian dari penduduknya terikat dengan sistem patriarki yang ditetapkan dalam beberapa kepercayaan agama. Dikutip dari “PM India: Aborsi Bayi Perempuan Mempermalukan Bangsa” (2011), perempuan yang meikah di India menghadapi tekanan besar untuk menghasilkan ahli waris laki-laki yang dilihat sebagai pencari nafkah sedangkan anak perempuan hanya dipandang sebagai beban bagi keluarga karena akan membutuhkan mas kawin yang besar ketika kelak menikah. Beberapa individu dalam masyarakat di India mempunyai pandangan bahwa perempuan ada untuk memenuhi hasrat dan keingin seorang laki-laki. Selain itu, tindakan melecehkan perempuan dan pembunuhan bayi perempuan merupakan hal tidak asing bagi beberapa masyarakat di suatu daerah. Meskipun terdapat undang-undang yang berlaku yaitu Undang-Undang Tekik Prenatal Diagnostik (Peraturan dan Pencegahan Penyalahgunaan) kasus aborsi masih terus meningkat. MacPherson, salah seorang masyarakat yang memperkirakan kasus aborsi ilegal mengungkapkan bahwasannya lebih dari 100.000 kasus aborsi ilegal yang dilakukan setiap tahunnya di India dengan alasan memiliki janin seorang anak perempuan.
Pengertian gender yang lebih kongkrit dan lebih operasional dikemukakan oleh Nasarudin Umar bahwa gender adalah konsep kultural yang digunakan untuk memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran, perilaku dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang didasarkan pada rekayasa sosial (Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Paramadina, 2001,h.35) Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yakni politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Indikator kesetaraan gender adalah akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. Untuk mencapai kesetaraan gender, negara dan pemerintahan harus mengintervensi dalam proses pembuatan kebijakan agar terciptanya situasi sosial yang damai. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan mengenai kesetaraan gender. Peraturan Mentri Dalam Negri No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan di Daerah.
“Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah, masih terdapat ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, sehingga diperlukan strategi pengintegrasian gender melalui perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pengangguran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatanpembangunan daerah”
Essay Writing Service Features
Our Experience
No matter how complex your assignment is, we can find the right professional for your specific task. Contact Essay is an essay writing company that hires only the smartest minds to help you with your projects. Our expertise allows us to provide students with high-quality academic writing, editing & proofreading services.Free Features
Free revision policy
$10Free bibliography & reference
$8Free title page
$8Free formatting
$8How Our Essay Writing Service Works
First, you will need to complete an order form. It's not difficult but, in case there is anything you find not to be clear, you may always call us so that we can guide you through it. On the order form, you will need to include some basic information concerning your order: subject, topic, number of pages, etc. We also encourage our clients to upload any relevant information or sources that will help.
Complete the order formOnce we have all the information and instructions that we need, we select the most suitable writer for your assignment. While everything seems to be clear, the writer, who has complete knowledge of the subject, may need clarification from you. It is at that point that you would receive a call or email from us.
Writer’s assignmentAs soon as the writer has finished, it will be delivered both to the website and to your email address so that you will not miss it. If your deadline is close at hand, we will place a call to you to make sure that you receive the paper on time.
Completing the order and download